Tentang: Buku ini ngasih tau bahaya-nya kalo kita nerima stimulan pleasure (kesenangan) yang berlebihan (terlalu sering dan banyak). Salah satunya adalah kita bisa jadi kecanduan, dan dari kecanduan tadi ujung-ujungnya ngerusak hidup kita (kaya kecanduan rokok, alkohol, atau judol)
Komentar: buku ini lebih banyak ngejelasin kasus-kasus spesifik (kecanduan narkoba, alkohol, dll). Dan buat saya yang bukan orang yang berlatar belakang psikologi atau neuroscience, penjelasannya terlalu teknis dan agak sulit dipahamin. Tapi, paling engga saya bisa belajar beberapa pemahaman dasar tentang cara kerja dopamin, dan gimana supaya kita bisa terhindar dari kecanduan.
Buku ini adalah salah satu yang berjasa bikin saya sembuh dari kecanduan beli barang hobby yang terlalu berlebihan. (Buku lainnya: Luxury Fever, Thinking 101, Psychology of Money).
Di jaman sekarang, dimana kesenagnan banyak gampang didapet, studi malah menunjukkan banyak orang yang engga bahagia. Salah satunya karena mereka gampang kebas sama kesenangan tersebut dan akhirnya selalu ngincer yang lebih, yang akhirnya bikin mereka malah makin stress. Contoh bisa dibaca lebih lanjut dibawah
Buku ini dalam 3 kalimat:
- Kebanyakan aktivitas yang bikin kita hepi bisa bikin kita jadi ga ngerasa kesenangan yang sama dari aktivitas tersebut
- Salah satu cara sembuh dari sebuah adiksi adalah secara perlahan-lahan (ga langsung 100% brenti)
- Aktifitas yang "menyakiti diri sendiri" (olahraga, puasa, dll) punya efek bagus selama ga berlebihan
Ringkasan / Catatan Buku:
1. Pleasure
- Hormon dopamine keluar saat kita merasa happy dan seneng. Contoh, dopamine akan keluar setelah kita menang undian, makan cokelat, ngerokok, sex, ngobat, belanja barang baru, dll.
- Kenikmatan itu kaya jungkat jungkit, setiap ada kenikmatan yang masuk, badan imbangin dengan keluarin hormon (dibukunya disebut dengan “gremlin”). Nah masalahnya gremlin yang keluar ini berlebihan, akibatnya, buat ngerasain kenikmatan yang sama, butuh stimuli yang lebih kuat.
- Kalo sumber kebahagiaan kita cuma dari belanja barang, maka seterusnya kita ga akan pernah brenti belanja, alias jadi kecanduan.
- Yang kita ga sadar, yang bikin kita demen belanja itu bukan pas kita make barangnya, tapi lebih pas kita miih-milih barangnya dan nunggu barang itu dateng. Dopamine lebih ngedorong "keinginan" ketimbang "hasil akhir" (Motivation vs Pleasure)
- Perlu diinget, nikmat belanja barang (atau make barang baru) itu ga bertahan lama. Awalnya kita hepi beli barang baru, sekarang udah ga ngasih rasa kesenangan yang sama. Akhirnya, buat dapet kenikmatan yang sama, kita bakal belanja lagi, lagi, dan lagi.
- Semakin kita terekspos sama aktivitas tersebut, semakin kita jadi kebas terhadap aktivitas tersebut. Istilah kerennya adalah "anhedonia," atau ketidak mampuan buat merasakan kenikmatan
- Kayanya, anhedonia ini juga nyambung sama konsep "hedonic adaptation," dimana saat kita ngerasain hal yang baru yang lebih bagus standar kebahagiaan kita bakal ikut naik.
- Contoh: Sekalinya jalan-jalan ke Jepang, jadi ketagihan. Lama-lama, travelling ke luar negeri jadi standar baru kita buat bisa jadi happy. Artinya, kita jadi ga bisa nikmatin pemandangan atau suasana sederhana yang ada di tempat tinggal kita sekarang. Otomatis harga atau ongkos buat bikin kita jadi bahagia makin mahal.
- Karena ongkos buat kita seneng/bahagia makin mahal, maka kita makin rela lembur demi menuhin kebutuhan kesenangan kita. Akhirnya waktu kita abis buat kerja doang. Alih-alih tambah hepi malah makin stres kerja.
2. Addiction
- Kalo udah sembuh dari kecanduan, bisa ada kemungkinan kambuh lagi kalo kita iseng2 nyoba aktivitas yang sama.
- Contoh: Udah dua tahun sembuh dari kecanduan alkohol, trus iseng buat nyoba minum segelas. Kalo ga hati-hati dan lingkungan mendukung, maka kecanduannya bakal kambuh lagi.
- Cara sembuh dari adiksi: puasa pelan-pelan. 1% lebih baik setiap hari.
- Saya pribadi brenti rokok juga ga langsung 100% dan saya yakin semua yang udah brenti rokok juga rata-rata sama kasusnya kaya saya. Dulu sehari 1 pack, trus 1 pack buat dua hari, lama-lama sehari sebatang, sampe sebulan sebatang, setahun sebatang, dan sekarang saya di posisi tiap 5 tahun sebatang.
- dopamin muncul saat kita nungguin reward, tapi begitu udah dapet hasilnya biasa aja. Yang artinya, kita kecanduan bukan sama barangnya, tapi sama aktivitasnya
- Orang gambling kecanduan bukan dari hasil yang didapet, tapi dari uncertainty nya (the thrill)
- Mesti hati-hati sama "Category limitation"
- Contoh: orang mau kurus dengan cara cuma makan gluten-free product. masalahnya jaman sekarang banyak banget gluten free produk yang ga sehat. jadi percuma dietnya
- "Totemic Item" bisa jadi salah satu alternatif cara stop adiksi - di bukunya kasih contoh totemic beer, dimana orang lebih gampang ngehindarin minum 1 beer ketimbang 10 beer di kulkas.. dan beer itu jadi sebuah totem, symbol dari berhenti minum.
3. Pain
- Sama halnya dengan pleasure, pain bakal dibales sama gremlin di jungkat-jungkit, pain juga akan dibales dengan pleasure. Intense pain/fear + adrenaline shot = potent drug
- Contohnya, nge-gym, olahraga extreme, mandi air dingin, atau aktivitas masokis wkwkwk
- Olahraga juga naekin dopamine, serotonin, hormon yang bisa orang jadi hepi
- Bahayanya, seperti halnya addiction bisa numpulin pleasure, pain juga bisa numpulin rasa takut.. atau pleasure yang didapat dari pain
- Contohnya, olahraga jadi makin extreme, nge-gym keterusan ampe pingsan, mandi air dingin ampe nyaris mati
- "Hormesis" adalah science tentang memberikan pain dalam dosis kecil untuk kebaikan (panas, dingin, tusuk jarum, kelaparan). Mungkin kenapa puasa itu bagus, karena jumlah pain yang kecil dan terukur baik buat kita (kaya contoh pertama diatas)
- Orang jepang yang selamat dan tinggal deket serangan atom, kena dosis kecil radiasi. Alhasil, mereka hidupnya lebih lama, karena terbiasa. Somehow, kek jadi punya kekuatan super gitu
4. Kejujuran
- Dikelilingin orang yang ga jujur juga bisa bikin kita kena scarcity mindset (info lebih lanjut: misbelief)
- Intinya Scarcity mindset adalah saat kita stres karena ga tau besok bisa makan apa ga, besok masi idup apa ga, dll. kondisi ini bisa bikin IQ kita turun sampe 14 poin.
- Bicara jujur lebih banyak bawa manfaat. "Telling the truths draw people in." Kok bisa? karena justru dengan kita boong/pake topeng, orang ga merasa 'relate' dengan kita. dengan kita jujur/apa adanya, orang bisa lebih mudah relate dan jadi mau lebih deket dengan kita (nyambung dengan poin di [[Thinking 101]] bab #perspective taking)
- Bicara boong kaya addiction, bisa jadi kebablasan, dan akhirnya bikin mindset bahwa lebih gampang boong daripada benerin perilaku/kerjaan kita/improve diri
- Bicara jujur mendorong "Plentiful mindset" daripada Scarcity mindset, karena kalo kita hidup dimana orang2nya taat aturan, jujur dsb, kita akan jauh lebih bahagia
- Plentiful mindset: kondisi dimana besok kita ga perlu khawatir kelaperan, dll (kebalikan scarcity)
5. Plentiful vs Scarcity mindset
- Ada riset dimana grup A diceritain tentang narasi "plentiful" (bayangkan kamu boleh pindah tempat kantor, semua biaya ditanggung, gaji ditempat baru dinaekin dll.) Sedangkan Grup B diceritain tentang narasi "scarcity" (bayangkan kamu dipecat, kamu mesti pindah kantor, semua biaya pindahan ga diganti, dll.). Sebagai hasilnya, Grup B bakal susah nahan "delayed gratification" (for more info go to [[Thinking 101]])
- Intinya, delayed gratification adalah menunda kesenangan saat ini demi kesenangan yang lebih gede di masa depan (bisa cek YT marshmallow test)
- Orang yang biasa kena bencana, kelaparan, ga punya duit, dll, hidupnya ga tenang gara-gara scarcity mindset. Mereka jadi lebih susah delayed gratification
- Contoh: kalo mereka ditawarin mending dapet 100ribu hari ini apa 250ribu tapi bulan depan? rata-rata bakal ambil 100ribu, karena mereka butuh duitnya buat makan
- Disaat yang sama, orang yang ga bisa nahan delayed gratification lebih gampang kecanduan. Kemiskinan bahaya karena mereka gampang kena addiction (banyak yang kecanduan judol itu orang ekonomi kelas bawah. Cerita lebih lanjut bisa cek [[Psychology of Money]])
- Orang kaya juga bisa gampang kecanduan. Kenapa? karena mereka juga bisa susah nahan delayed gratification karena semua bisa dapet semuanya dengan instant
- Di era sosial media, dimana banyak narasi yang sebar kebohongan, bisa bikin kita hidup dengan scarcity narratives, susah delayed gratification, dan bisa jadi gampang kecanduan sesuatu.
Comments
Post a Comment